Go-Jek, merupakan layanan taksi sepeda motor yang bersaing dengan Uber di Indonesia, telah menerima US$ 550 juta dana baru berdasarkan informasi TechCrunch. Nilai kesepakatan Go-Jek US$ 1,3 miliar yang diumumkan di awal bulan Agustus.
Perusahaan berencana untuk menghabiskan uang untuk pertumbuhan bisnis layanannya, dan terus bersaing sengit dengan rivalnya di Indonesia.
The Wall Street Journal bulan lalu melaporkan bahwa Go-Jek dalam pembicaraannya akan meningkatkan US$ 400 juta, dengan pendukung barunya yang berpotensi KKR dan Warburg Pincus. Investor yang sudah menjalin kerjasama startup saat ini adalah Sequoia Capital, DST global dan NSI Ventures yang berbasis di Singapura.
Kesepakatan itu membuat Go-Jek adalah salah satu dari beberapa "Unicorn" di Asia Tenggara. Unicorn adalah sebutan startup dengan valuasi investasi mencapai US$ 1 miliar.
Perusahaan teknologi lainnya yang memiliki investasi bernilai lebih dari US$ 1 miliar, termasuk:
- Perusahaan Game Garena (US$ 3750000000),
- Go-Jek saingan dari Grab (diperkirakan US$ 1,5 miliar - US$ 1.6 miliar) dan
- Amazon seperti situs belanja Lazada (US$ 1,5 miliar valuasi).
Go-Jek didirikan pada tahun 2010, hingga pada tahun 2014, Go-Jek barulah dipasarkan secara besar-besaran. Go-Jek kemudian tumbuh cepat setelah memperkenalkan aplikasi pemesanan online via smartphone pada awal tahun 2015.
Go-Jek mengklaim 200.000 pengendara sepeda motor - yang dikenal sebagai "ojeks" di armadanya seluruh Indonesia, yang merupakan negara terbesar keempat di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta orang.
Perusahaan ini terkenal karena menggunakan taksi sepeda motor (ojek), jenis transportasi yang populer di bagian Asia Tenggara di mana lalu lintas perkotaan yang padat membuat kendaraan roda dua lebih cepat dari roda empat. Permintaan sangat tinggi di Jakarta, yang merupakan rumah bagi sekitar 30 juta orang dan merupakan salah satu kota paling padat di planet ini. Selain layanan taxi sepeda, Go-Jek menawarkan layanan on-demand seperti makanan, belanja dan paket pengiriman.
Perusahaan mengatakan baru-baru ini bahwa telah diproses 20 juta permintaan pemesanan pada bulan Juni 2016, atau sekitar 667.000 order per hari. Dokumen internal diperlihatkan kepada TechCrunch yang menunjukkan bahwa telah terpenuhi 256.000 order per hari, pada bulan April 2016.
Grab memperkenalkan layanan serupa, GrabBike masuk ke Indonesia tahun lalu, dan pesaing lain yakni Uber melalui UberMoto muncul di Indonesia tahun ini. Tapi Go-Jek secara luas diakui untuk memimpin paasaran di Indonesia.
Investor baru ini datang pada waktu yang tepat untuk layanan on-demand di Asia Tenggara. Keputusan Uber untuk menjual operasionalnya di China untuk Didi ChuXing mungkin karena perusahaan AS senilai US$ 66 miliar itu akan mengalihkan lebih banyak sumber daya ke Asia Tenggara dan India, yang berpotensi meningkatkan persaingan dengan Grab di enam pasar dan Go-Jek di Indonesia. Uber sudah mulai meluncurkan layanan baru di seluruh Asia Tenggara dan mencapai profitabilitas operasional di dua negara.
Dokumen internal diperlihatkan kepada TechCrunch menunjukkan bahwa Go-Jek memiliki US$ 104 juta tunai pada report bulan Maret dan telah menghabiskan US$ 73 juta selama periode enam bulan sebelumnya. Mengingat kemungkinan menghadapai persaingan yang akan meningkat, kenaikan investasi baru ini sangat penting jika ingin terus bersaing dengan rival pada subsidi dan pemasaran.
Sumber: techcrunch.com
1 komentar:
waah gojek tetap sukses ya, thanks infonya, blognya bagus gan :))
EmoticonEmoticon